Bunga Utang Naik Tajam, Rasio Fiskal Indonesia Melewati Batas Aman

Bank Dunia soroti beban bunga yang menekan belanja, di tengah penerimaan pajak menurun dan lonjakan penarikan utang pemerintah di semester awal 2025.

Avatar photo

- Penulis

Selasa, 24 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bank Dunia peringatkan risiko fiskal Indonesia: bunga utang tinggi, pajak melemah, utang melonjak. Bisakah pemerintah keluar dari jebakan ini? (Dok. worldbank.org)

Bank Dunia peringatkan risiko fiskal Indonesia: bunga utang tinggi, pajak melemah, utang melonjak. Bisakah pemerintah keluar dari jebakan ini? (Dok. worldbank.org)

PEMERINTAH Indonesia mendapat peringatan keras dari Bank Dunia terkait peningkatan risiko fiskal akibat melonjaknya beban bunga utang di tengah tekanan ekonomi global yang tinggi.

Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Habib Rab, menekankan bahwa meskipun rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih di bawah 40 persen.

Tetapi rasio bunga utang terhadap pendapatan negara sudah mencapai angka yang mengkhawatirkan sekitar 20 persen.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Rasio bunga utang terhadap pendapatan di Indonesia sekitar 20 persen, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata negara berpenghasilan menengah ke atas yang hanya 8,5 persen,” ujar Habib Rab.

Dia menyampaikan saat peluncuran laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juni 2025 di Jakarta, Senin (23/6/2025).

Ia menambahkan bahwa tekanan fiskal Indonesia makin berat karena ketidakpastian ekonomi global telah mendorong imbal hasil obligasi dan spread obligasi ke level yang lebih tinggi, yang pada akhirnya meningkatkan biaya pinjaman negara.

“Imbal hasil obligasi cenderung meningkat, terutama saat suku bunga global tetap tinggi, ini memperbesar biaya pinjaman saat ketidakpastian melonjak,” jelas Habib Rab.

Bank Dunia pun mendesak pemerintah Indonesia untuk memperkuat penerimaan negara sebagai solusi jangka menengah agar kemampuan membayar utang tetap terjaga.

Penarikan Utang Negara Naik Drastis, Capai Rp 349,3 Triliun

Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa hingga 31 Mei 2025, pemerintah telah menarik utang sebesar Rp 349,3 triliun, atau setara 45,02 persen dari target pembiayaan utang tahun ini sebesar Rp 775,87 triliun.

Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan capaian pada periode yang sama di tahun-tahun sebelumnya, yaitu: Rp 132,16 triliun (2024), Rp 150,39 triliun (2023), dan Rp 90,97 triliun (2022), bahkan hampir menyamai rekor tahun pandemi 2020 sebesar Rp 360,66 triliun.

Dalam perspektif persentase terhadap target tahunan, kinerja penarikan utang pada 2025 ini adalah yang tertinggi selama lima tahun terakhir.

Kondisi ini mencerminkan peningkatan kebutuhan pembiayaan negara, yang di satu sisi menggambarkan respons fiskal terhadap tantangan ekonomi, tetapi di sisi lain menimbulkan kekhawatiran akan daya tahan fiskal jangka menengah.

Penerimaan Pajak Melemah, Beban Bunga Utang Kian Berat

Di sisi lain, realisasi penerimaan pajak hingga 31 Mei 2025 hanya mencapai Rp 683,3 triliun atau sekitar 31,2 persen dari target APBN 2025 sebesar Rp 2.189,3 triliun.

Penerimaan ini mencatat kontraksi tahunan sebesar 10,14 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, meneruskan tren kontraksi pada April 2025 yang juga sebesar 10,8 persen.

“Ketika penerimaan negara sedang terbatas, maka kemampuan untuk membayar utang ikut terganggu,” ungkap Habib Rab.

Ia menjelaskan bahwa sistem keuangan Indonesia yang belum sepenuhnya dalam menjangkau sektor-sektor produktif juga menjadi penghambat optimalisasi penerimaan negara.

“Pasar keuangan Indonesia masih dangkal; perusahaan yang tidak memanfaatkan sistem keuangan nasional cenderung mudah menghindari pajak,” ujarnya.

Analis Ekonomi: Pemerintah Harus Waspada dan Cermat Eksekusi Anggaran

Peneliti dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menyatakan bahwa ada sinyal kewaspadaan serius dari sisi kemampuan pemerintah dalam membayar utang yang meningkat pesat.

“Pemerintah harus waspada karena kebutuhan membayar utang naik, sementara kapasitas fiskal berkembang lambat,” kata Yusuf.

Ia menambahkan bahwa efektivitas penarikan utang sangat bergantung pada keberhasilan eksekusi belanja negara.

Jika belanja pemerintah dieksekusi dengan baik dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, maka akan ada peluang untuk menurunkan rasio utang terhadap PDB.

“Harapannya, eksekusi belanja pemerintah bisa mendorong ekonomi tumbuh sehingga menahan atau bahkan menurunkan rasio utang,” ujar Yusuf.

Menurutnya, pemerintah perlu mengedepankan akuntabilitas dan efektivitas dalam penggunaan dana utang agar manfaatnya jauh lebih besar daripada beban bunga yang harus ditanggung.

Strategi Fiskal Perlu Diperkuat Hadapi Tantangan Ekonomi Global

Dalam konteks global yang penuh ketidakpastian—mulai dari tensi geopolitik, perubahan iklim, hingga volatilitas suku bunga global—Indonesia perlu memperkuat strategi fiskalnya.

Langkah penguatan bisa ditempuh melalui reformasi perpajakan, pendalaman pasar keuangan domestik, serta penguatan efisiensi belanja negara.

Reformasi struktural untuk memperluas basis pajak dan memperkuat kepatuhan wajib pajak harus menjadi prioritas jangka menengah agar pendapatan negara dapat meningkat secara berkelanjutan.

Selain itu, diversifikasi sumber pembiayaan negara agar tidak terlalu tergantung pada surat utang jangka pendek sangat krusial guna menekan risiko rollover dan menjaga stabilitas fiskal.

Perlu dicatat pula bahwa indikator debt-to-GDP ratio yang masih di bawah ambang batas bukan berarti risiko fiskal bisa diabaikan jika beban bunga terus menekan anggaran belanja produktif.***

Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Bisnisidn.com dan Koperasipost.com.

Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media

Persda.com dan Jazirahnews.com.

Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Heijakarta.com dan Hallopapua.com.

Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.

Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.

Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com

Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.

Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.

Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.

Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

Berita Terkait

Rp50 Triliun Dana Patriot Bond Siap Biayai Proyek Sampah Jadi Listrik Indonesia
Blokir Anggaran Mulai Rontok, Realisasi Belanja K/L Rp686 Triliun
Ketidakpastian The Fed, CSA Index September 2025 Turun ke 65,4
Negosiasi Dagang RI-AS: Tarik Ulur Tarif Resiprokal dan Pembelian Energi Rp244 Triliun
Shell Super Hadir Lagi, Konsumen Masih Menunggu Kepastian V-Power
Rahasia Sukses Undang Jurnalis Ekonomi untuk Liputan Acara Perusahaan
Era Baru Komunikasi Digital Perusahaan Dengan Galeri Foto Pers
Menyongsong Era Baru: QRIS Indonesia Bisa Dipakai di Tiongkok

Berita Terkait

Selasa, 14 Oktober 2025 - 10:59 WIB

Rp50 Triliun Dana Patriot Bond Siap Biayai Proyek Sampah Jadi Listrik Indonesia

Sabtu, 13 September 2025 - 00:20 WIB

Ketidakpastian The Fed, CSA Index September 2025 Turun ke 65,4

Rabu, 10 September 2025 - 14:41 WIB

Negosiasi Dagang RI-AS: Tarik Ulur Tarif Resiprokal dan Pembelian Energi Rp244 Triliun

Senin, 8 September 2025 - 14:10 WIB

Shell Super Hadir Lagi, Konsumen Masih Menunggu Kepastian V-Power

Senin, 1 September 2025 - 06:52 WIB

Rahasia Sukses Undang Jurnalis Ekonomi untuk Liputan Acara Perusahaan

Berita Terbaru